Ketika kerajaan Singhasari
dibawah kepemimpinan Akuwu Tunggul Ametung
yang beristrikan Ken Dedes, kerajaan itu dibawah kekuasaan Kerajaan
Kediri. Pusat pemerintahan Singhasari saat itu berada di Tumapel. Baru
setelah muncul Ken
Arok yang kemudian membunuh Akuwu Tunggul Ametung
dan menikahi Ken
Dedes, pusat kerajaan berpindah ke Malang, setelah
berhasil mengalahkan Kerajaan Kediri, dan saat jatuh ke tangan Singhasari
statusnya menjadi kadipaten. Sementara Ken Arok
mengangkat dirinya sebagai raja yang bergelar Prabu Kertarajasa
Jayawardhana atau Dhandang Gendhis (1185 - 1222).
Kerajaan ini mengalami jatuh
bangun. Semasa kejayaan Mataram, kerajaan-kerajaan yang ada di Malang jatuh ke
tangan Mataram,
seperti halnya Kerajaan Majapahit. Sementara pemerintahan pun berpindah ke Demak disertai
masuknya agama Islam
yang dibawa oleh Wali Songo. Malang saat itu berada di bawah pemerintahan Adipati Ronggo Tohjiwo
dan hanya berstatus kadipaten. Pada masa-masa keruntuhan itu, menurut Folklore,
muncul pahlawan legendaris Raden Panji Pulongjiwo.
Ia tertangkap prajurit Mataram di Desa Panggungrejo yang kini disebut Kepanjen
(Kepanji-an). Hancurnya kota Malang saat itu dikenal sebagai Malang Kutho Bedhah.
Bukti-bukti lain yang hingga
sekarang merupakan saksi bisu adalah nama-nama desa seperti Kanjeron, Balandit, Turen, Polowijen, Ketindan, Ngantang dan Mandaraka. Peninggalan sejarah
berupa candi-candi merupakan bukti konkrit seperti :
Candi Kidal
di Desa Kidal kecamatan
Tumpang
yang dikenal sebagai tempat penyimpanan jenazah Anusapati.
Pada zaman VOC, Malang merupakan
tempat strategis sebagai basis perlawanan seperti halnya perlawanan Trunojoyo (1674 - 1680) terhadap Mataram yang
dibantu VOC.
Menurut kisah, Trunojoyo tertangkap di Ngantang.
Awal abad XIX ketika pemerintahan dipimpin oleh Gubernur Jenderal, Malang seperti
halnya daerah-daerah di nusantara lainnya, dipimpin oleh Bupati.
Bupati Malang I adalah Raden
Tumenggung Notodiningrat I yang diangkat oleh pemerintah Hindia
Belanda berdasarkan resolusi Gubernur Jenderal 9 Mei 1820 Nomor 8 Staatblad
1819 Nomor 16. Kabupaten Malang merupakan wilayah yang strategis pada masa
pemerintahan kerajaan-kerajaan. Bukti-bukti yang lain, seperti beberapa
prasasti yang ditemukan menunjukkan daerah ini telah ada sejak abad VIII dalam
bentuk Kerajaan Singhasari dan beberapa kerajaan kecil
lainnya seperti Kerajaan Kanjuruhan seperti yang tertulis dalam
Prasasti Dinoyo. Prasasti itu menyebutkan peresmian tempat suci pada hari
Jum`at Legi tanggal 1 Margasirsa 682 Saka, yang bila diperhitungkan berdasarkan
kalender kabisat jatuh pada tanggal 28 Nopember 760. Tanggal inilah yang
dijadikan patokan hari jadi Kabupaten Malang. Sejak tahun 1984 di Pendopo
Kabupaten Malang ditampilkan upacara Kerajaan Kanjuruhan, lengkap berpakaian
adat zaman itu, sedangkan para hadirin dianjurkan berpakaian khas daerah Malang
sebagaimana ditetapkan.
Menarik untuk disimak,. asyik untuk dibaca
ReplyDelete